Sumber gambar: 3.bp.blogspot.com/-hTzA6Y4X0qY/WFCfrrMSXII/AAAAAAAALok/lQZzGQ-6SAYuI2AmCgNyE72Rt1L0BfcKACLcB/s1600/joko1.jpg
Di desa Ki Ageng Tingkir, Mas Karabet lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Ki Ageng Tingkir seorang yang kaya di desanya. Sepeninggalan Ki Ageng Tingkir, Jaka Tingkir di asuh oleh Nyai Ageng Tingkir. Nyai Ageng Tingkir memerintahkan Jaka Tingkir untuk berguru dengan Ki Ageng Sela. Dari Ki Ageng Sela, Jaka Tingkir belajar banyak hal terutama agama dan seni bela diri.
Merasa cukup dengan ilmu yang di dapat Jaka Tingkir mengembara dan belajar dengan Sunan Kalijaga. Jaka Tingkir belajar banyak dari Sunan Kalijaga yang membuat Jaka Tingkir semakin handal. Jaka tingkir berkeinginan untuk menjadi prajurit Demak pada masa Sultan Trenggono. Jaka Tingkir menginap dirumah Lurah Ganjur. Jaka Tingkir melamar menjadi prajurit Demak. Karena kemahiran ilmu bela dirinya Jaka Tingkir diterima sebagai prajurit Demak bagian penerimaan prajurit baru. Pada saat penerimaan prajurit ada orang yang sombong menantang Jaka Tingkir selaku prajurit yang menentukan lulus tidaknya prajurit baru. Menghadapi tantangan tersebut Jaka Tingkir dengan rasa marah membunuh calon prajurit baru tersebut yang menyebabkan Jaka Tingkir dipecat sebagai prajurit Demak.
Keingin Jaka Tingkir untuk dapat masuk kembali sebagai prajurit terbuka saat Sultan Trenggono dan putrinya sedang jalan-jalan. Jaka Tingkir melepas kebo gila yaitu kebo dadu setelah diberi mantra oleh Jaka Tingkir agar mengamuk. Kebo tersebut mengamuk dan sulit dihentikan. Jaka Tingkir datang dan mampu menjinakan kerbau tersebut. Sultan Trenggono terkejut oleh kehebatan Jaka Tingkir dan diangkatlah menjadi prajurit Demak.
Sebagai prajurit yang memiliki ilmu kanuraga yang tinggi membuat Jaka Tingkir semakin dikenal di Demak dan juga diantara prajurit Demak. Sultan Trenggono menikahkan Jaka Tingkir dengan anaknya yaitu Ratu Mas Cempaka. Jaka Tingkir diangkat menjadi Adipati di Kadipaten Pajang.
Setelah meninggalnya Sultan Trenggono akibat serangan ke Panarukan Situbondo yang pada waktu itu dikuasai Blambangan menyebabkan Sultan Trenggono tewas. Sepeninggalan Trenggono, Sunan Prawoto diangkat menjadi Sultan Demak. Sunan Prawoto merupakan anak dari Sultan Ttrenggono dan juga kakak ipar dari Jaka Tingkir. Sunan Prawoto kurang bagus dalam memimpin sebuah kerajaan. Sultan Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang yaitu Adipati di Jipang Panalon. Arya Penangsang membunuh Sultan Prawoto karena dendam ayahnya Pangeran Kikin atau Pangeran Seda Ing Lepen yang dibunuh oleh Sunan Prawoto.
Meningggalnya Sunan Prawoto dan adanya senjata yang masih tertinggal yang diketahui miliki Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat langsung mengangkat suaminya menjadi Sultan Demak yaitu Pangeran Hadiri. Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat menuju ke rumah Sunan Kudus untuk melaporkan kejadian pembunuhan yang mana senjatanya tertinggal. Sunan Kudus menerima Ratu Kalimayat dengan baik. Saat akan pulang Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri bertemu Arya Penangsang. Arya Penangsang mengutus beberapa prajuritnya untuk membunuh Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat. Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat dicegat oleh prajurit Arya Penangsang. Sultan Hadiri meninggal terbunuh sedang Ratu Kalinyamat terluka parah dan masih bisa selamat. Ratu Kalinyamat meminta bantuan kepada Jaka Tingkir yang masih adik iparnya. Jaka Tingkir memindahakan Kerajaan Demak ke Pajang dan mengkat dirinya sebagai Sultan Pajang dengan Gelar Hadiwijaya. Penagkatan Jaka Tingkir menjadi sultan membuat Arya Penangsang marah dan menghimpun kekuatan untuk menyerang pajang. Jaka Tingkir mengadakan sayembara barang siapa yang mampu membunuh Arya Penangsang akan diberi tanah di Preled. Ki Ageng Pamanahan bersedia melawan Arya Penangsang. Ki Ageng Pamanahan memerintahan putranya yang masih anak angkat Jaka Tingkir yaitu Sutawijaya. Sutawijaya meminjam senjata milik Jaka Tingkir untuk melawan Arya Penangsang. Arya Penangsang terluka parah dan meninggal dengan mengenaskan saat perpeperangan dengan Pajang yang dipimpin Sutawijaya.
Atas Jasanya, Ki Ageng Pamanahan diberikan tanah di Plered dan Ki Ageng Pamanahan dan putranya Sutawijaya mendirikan pemukiman bernama Mataram. Sutawijaya dikemudian hari mengingikan Mataram menjadi tanah merdeka kemudian menghimpun kekuatan untuk menyerang Pajang.Pertempuran pun terjadi dan Hadiwijaya dan Pajang kalah. Hadiwijaya terluka dan akhirnya meninggal. Kerajaan Pajang selanjutnya di pimpin oleh anak Sultan Prawoto yaitu Arya Pangiri dengan gelar Sultan Ngawantipura. Sebenarnya Hadiwijaya sudah berpesan jangan memusuhi Sutawijaya namun Sultan Ngawantipura membenci Sutawijaya dan sempat melakukan penyerangan ke Mataram namun dapat dikalahkan oleh Pangeran Benowo yang merupakan anak dari Hadiwijaya yang menjadi adipati di Jipang Panalon yang bersekutu dengan Sutawijaya setelah melihat penderitaan rakyat Pajang dibawah Sultan Pangiri yang hanya menyimpan dendam tanpa mempedulikan rakyat Pajang. Setelah kekalahan Pajang, yang menjadi raja di Pajang yaitu Pangeran Benowo. Sedangkan Mataram sendiri setelah menang dalam perang melawan Hadiwijaya membentuk kerajaan sendiri.
Adapun makam Jaka Tingkir disinyalir berada di Plupuh Sragen Jawa tengah yaitu Desa Gedongan. Makam Jaka Tingkir sekarang menjadi wisata religi dan banyak orang yang berkunjung kesana. Adapun peninggalan Kerajaan Pajang tidaklah banyak karena kerajaan ini tidak berumur panjang. Peninggalan Pajang yaitu Masjid Laweyan yang terletak di Kampung Batik Laweyan Solo dan makan bangsawan Pajang. Adapun Kerajaan Pajang diperkirakan terletak di Sukoharjo
No comments:
Post a Comment