Sumber gambar : upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/28/Lopez_scaling_seawall.jpg/250px-Lopez_scaling_seawall.jpg
Seperti disinggung diatas dua Korea merupakan negara tertelak di Asia Timur dan termasuk negara serumpun. Sebelumnya korea merupakan sebuah kerajaan namun berhasil dikuasai Jepang. Korea bebas dari Jepang setelah Jepang kalah dengan sekutu dalam perang dunia ke- 2. Setelah bebas dari Jepang, Korea berusaha membentuk sebuah negara yang merdeka namun adanya pengaruh perang dingin yang muncul setelah berakhirnya perang dunia ke -2 yaitu persaingan Amerika Serikat dengan dekmorasi liberalisme dan Unisoviet dengan komunis. Semenajung Korea menjadi salah satu persaingan pengaruh. Uni Soviet dan Cina menjadi penebar pengaruh komunis di Korea bagian utara sedang Amerika Serikat menebarkan pengaruhnya di Korea bagian selatan. Konflik perbedaan ideologi dibelahan Korea tersebut menyebabkan Korea sulit disatukan hingga akhirnya saling membentuk negara sendiri.
Sumber gambar : /ichef-1.bbci.co.uk/news/ws/660/amz/worldservice/live/assets/images/2013/06/24/130624102007_korea_war_anniv_5_976x549_ap.jpg
Konflik Korea mulai muncul dari perbedaan ideologi dan juga masalah batas wilayah dan masalah lainnya yang menyebabkan perang. Dunia sebelumnya sudah cukup damai setelah perang dunia ke- 2 namun akibat keinginan Amerika Serikat dan juga Uni Soviet ingin menebarkan pengaruh dan juga ingin menjadi negara paling superior menyebabkan terjadinya perang dingin. Korea merupakan salah satu dampak dari perang dingin. Kembali kepembahasan Korea, Perbedaan ideologi dan masalah perbatasan dan juga saling curiga antara dua Korea tersebut menyebabkan terjadinya perang.
Korea Utara meminta bantuan persenjataan dari Uni Soviet, Uni Soviet sebenarnya tidak menghendaki terjadinya perang namun keinginan Korea Utara yang menggebu-gebu untuk menyerang Korea Selatan akhirnya Uni Soviet luluh dan memberikan bantuan senjata. Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara menggempur Korea Selatan. Ibu Kota Korea Selatan Seol berhasil dikuasai Korea Utara pertempuran tidaklah seimbang. Persenjataan Korea Utara jauh lebih canggih dibanding Korea Selatan.
Amerika Serikat beserta negara sekutunya mendesak PBB untuk menghentikan dan menyerang Korea Utara agar tidak menyerang Korea Selatan. Uni Soviet dan Cina tidak mendukung langkah Amerika Serikat dan sekutunya namun Amerika Serikat dan sekutunya atas nama PBB menyerang Korea Utara. Negara yang mengirim pasukan untuk menggempur Korea Utara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Filipina, Kanada, Turki, Yunani, Kolombia, Belgia, Afrika Selatan, Ethiopia, Thailand, Selandia Baru, Belanda, dan Australia. Total pasukan yang mendukung Korea Selatan sekitar 1 juta lebih ditambah pasukan Korea Selatan yang ikut terlibat membuat pasukan Korea Selatan percaya diri dan berhasil merebut Ibu Kota Korea Selatan dari Korea Utara dan terus menyerang Korea Utara hingga masuk perbatasan Korea Utara. Melihat Korea Utara terdesak dan khawatir jika konflik akan merambat ke Cina terutama bagian utara maka Cina ikut terlibat dalam pertempuran namun membantu Korea Utara. Cina maju perang yang persenjataannya juga didukung oleh Uni Soviet membuat pasukan koalisi berhasil didorong mundur dari perbatasan Korea Utara.
Melihat perkembangan konflik yang memungkinkan akan membesar maka Amerika Serikat memaksa Cina dan Korea Utara untuk melakukan genjatan senjata dan melakukan perjanjian genjatan senjata pada tanggal 27 Juli 1953. Sebenarnya Amerika Serikat juga mengajak Korea Selatan namun Korea Selatan tidak hadir namun Presiden Korea Selatan waktu itu Seungman Rhee bersedia menghormati hasil dari kesepakatan genjatan senjata.
Adapun korban dari perang ini sangatlah besar tidak hanya warga sipil namun pasukan dikedua pihak. Senjata yang dikerahkanpun beraneka ragam.
Konflik Korea sebenarnya sampai sekarang belum berakhir. Dua negara yang berada disemenajung Korea tersebut saling memperkuat kekuatan militernya dan beberapa tahun yang lalu sempat terlibat konflik namun skala kecil.
Sumber Referensi
Safulloh, Aep.2008. Aku Cinta Damai. Jakarta: Nobel Edumedia
No comments:
Post a Comment